==== Life is Better when Share====

Minggu, 10 Februari 2008

BANJIR SITUBONDO

Banjir Situbondo Tewaskan 15 Orang
PORAK-PORANDA: Tumpukan sampah dan puing bangunan campur aduk dengan lumpur memenuhi jalan-jalan Kota Situbondo usai banjir menenggelamkan Kota Santri itu Jumat (8/2) malam.

Kota Terisolasi, Jalur Utara Banyuwangi-Surabaya Putus
SITUBONDO - Giliran kawasan tapal kuda hancur disapu banjir bandang yang dahsyat. Kabupaten Situbondo yang paling porak-poranda akibat banjir dengan arus deras itu. Paling tidak 15 warga meninggal dunia. Sejumlah jembatan juga putus sehingga Kota Situbondo terisolasi.

Para korban yang tewas dan hilang itu terbawa derasnya banjir yang begitu kuat. "Tsunami" yang berasal dari Sungai Sampean itu juga membuat sejumlah rumah warga hanyut dan rata dengan tanah. Beberapa mobil juga terseret.

Banjir Situbondo kali ini lebih parah dibanding musibah serupa pada 2002. Warga juga masih diliputi kepanikan jika sewaktu-waktu banjir susulan datang. Ribuan warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Hancurnya sejumlah jembatan menyebabkan jalur utama yang menghubungkan Surabaya dengan Banyuwangi lumpuh total. Jalur transportasi vital yang selama ini menjadi denyut Jawa-Bali itu semuanya beralih lewat Jember.

Dahsyatnya air bah karena hujan yang tiada henti sejak pukul 15.00, Jumat (8/2). Hingga malam hujan tidak juga mereda. Saat luapan air memasuki kota sekitar pukul 21.15, ribuan warga Kota Santri itu histeris dan panik. Jeritan takbir, teriakan memanggil nama orang, hingga isak tangis warga terdengar di mana-mana. Suasana kian mencekam karena aliran listrik padam total. Sembari mengusung harta benda yang bisa diselamatkan, warga hilir mudik menjauh dari bantaran sungai menuju tempat yang aman.

Ada beberapa tempat yang malam itu menjadi jujukan warga untuk menghindari amukan banjir. Di antaranya Masjid Jami’ Al-Abror, Kantor BRI Situbondo, Kantor DPRD Situbondo, dan lantai 2 Pasar Senggol di Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji. Teras-teras pertokoan yang dianggap aman juga diserbu warga.

Kepanikan warga mulai terjadi sekitar pukul 21.00. Saat itu ketinggian air di dam pintu lima Desa Kotakan, Kecamatan Situbondo, sudah mencapai 3,5 meter. Sirene di dam langsung berbunyi. Itu berarti warga di sepanjang bantaran Sungai Sampeyan diminta mulai waspada.

Benar saja, sekitar 15 menit kemudian, air sungai mulai meluap. Saat itulah warga berlarian menjauh dari sungai. Sebagian juga berusaha menyelamatkan harta bendanya. Mereka mengeluarkan berbagai perabot rumahnya menuju jalan raya. Ada juga yang bergegas sembari menuntun hewan ternaknya menuju jalan-jalan trotoar.

Namun, tidak sedikit pula yang berlari dengan tangan melambai. Mereka kebanyakan gagal menyelamatkan barang-barangnya. "Rumah saya hanyut, hingga hanya menyisakan fondasi. Luapan airnya cepat. Arusnya juga sangat deras," kata M. Amal, warga Jalan Merak, Kelurahan Dawuhan, Situbondo.

Puncak banjir bandang itu terjadi mulai pukul 23.00. Air sudah benar-benar menenggelamkan kawasan Kota Santri, yang posisinya persis di sisi utara bibir Sungai Sampeyan. Di lingkungan Karangasem, Kelurahan Patokan, Kecamatan Situbondo, ketinggian air mencapai 2 meter. Beberapa warga yang terjebak terpaksa naik ke atap rumah. Di tempat itu ratusan rumah warga tenggelam.

Begitu pula kantor Biro Radar Banyuwangi Jawa Pos di Situbondo. Tak ayal, beberapa barang inventaris milik kantor pun gagal diselamatkan. Dua komputer, kulkas, satu set sofa, beberapa lukisan, serta sejumlah perabot lain tenggelam bercampur lumpur. "Untung, saya masih bisa menyelamatkan anak dan istri saya. Sekarang mereka sudah saya ungsikan," kata Edy Supriyono, wartawan RaBa yang menempati kantor biro itu.

Bersamaan dengan itu, sejumlah wilayah di bagian hilir Sungai Sampeyan juga ikut terbenam. Misalnya, kawasan Sumberkolak, Wringinanom, Paowan, dan Panarukan. Berikutnya, kawasan jantung Kota Situbondo yang terendam. Air setinggi 2 meter akhirnya juga merendam Markas Polres Situbondo. Para petinggi Polres pun kelabakan. Mereka bukan hanya berusaha menyelamatkan diri dan keluarga. Belasan tahanan yang mendekam di Mapolres Situbondo juga harus diselamatkan. Jika tidak, para tahanan itu bisa tewas terbenam.

Sekitar pukul 23.30, Kasatreskrim Polres Situbondo AKP Sukari segera berinisiatif mengevakuasi tahanan menuju lantai 2 Mapolres tersebut. Mereka baru digelandang ke sel lagi pagi setelah banjir mulai surut. "Melihat rawannya terjadi banjir susulan, kami berencana menitipkan para tahanan ke Mapolres Bondowoso," papar Sukari.

Selain Mapolres, beberapa perkantoran juga terendam. Kantor Pemkab Situbondo malam itu berubah menjadi genangan air setelah tembok sisi timur dan selatan runtuh. Kondisi tak jauh berbeda dialami Makodim 0823 Situbondo, Kantor BPPN Situbondo, sejumlah hotel, dan perkantoran lain.

Bagian sisi timur kawasan kota itu juga tenggelam setinggi 2 meter. Pusat pertokoan dan fasilitas umum seperti Terminal Situbondo di Kelurahan Mimbaan itu terendam. Beberapa calon penumpang langsung naik ke bangku-bangku terminal untuk menghindari terjangan banjir.

Malam itu sejumlah ruas jalan raya di kawasan Kota Situbondo ikut tenggelam. Mulai Jalan Diponegoro, Irian Jaya, Pemuda, P.B. Soedirman, W.R. Soepratman, dan sejumlah ruas jalan yang lain.

Munculnya sungai-sungai dadakan itu menjadi tontonan warga. Khususnya mereka yang rumahnya jauh dari amukan banjir. "Wah, sekarang banjirnya lebih besar dari 2002 lalu. Arusnya juga lebih deras dan cepat. Dulu airnya tidak sampai ke sini," papar Sukarjo, warga Kelurahan Dawuhan Parse, Situbondo.

Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Situbondo Ir H Yoyok Mulyadi tidak mengelak bahwa banjir bandang kali ini jauh lebih dahsyat. Dia memperkirakan kiriman air dari Bondowoso meningkat 25 persen dibanding 2002. Puncak banjir kali ini, piskal air di dam pintu lima menjadi 7 meter. Dengan ketinggian tersebut, debit air mencapai 2.500 meter kubik per detik. "Puncak kiriman air itu terjadi pukul 23.00 sampai 24.00," paparnya.

Sementara itu, saat terjadi banjir bandang 2002, piskal air di dam pintu lima mencapai 6,3 meter. Sehingga, ketika itu debit air hanya mencapai sekitar 2.000 meter kubik per detik. "Banjir sekarang memang lebih dahsyat. Ini akibat hujan deras yang terjadi di Situbondo mulai sore sampai malam," paparnya.

Sampah dan Lumpur

Banjir hilang, sampah berserakan. Begitu juga lumpur yang dibawa banjir di mana-mana. Dari pantauan Radar Banyuwangi, sejumlah pusat perkantoran, pertokoan, dan fasilitas umum penuh dengan lumpur dan barang-barang yang terbawa gelombang banjir.

Sampah-sampah di jalan raya membuat kendaraan sulit bergerak. Ditambah lumpur membuat mobil dan motor berjalan terseok-seok. Lumpur pascabanjir ini menjadi masalah tersendiri. Karena banyak kawasan yang setebal 30 cm, bahkan ada yang hingga satu meter.

Data yang dikumpulkan koran ini menyebutkan, sedikitnya delapan kecamatan di Kabupaten Situbondo terbenam. Misalnya, beberapa daerah di Kecamatan Situbondo, Panji, hingga Kecamatan Panarukan porak-poranda. Ribuan rumah warga dan fasilitas umum mengalami rusak. Ratusan di antaranya bahkan tinggal menyisakan fondasi.

Reruntuhan akibat banjir itu terhampar di sepanjang bantaran Sungai Sampean. Hingga kemarin para korban banjir itu tidak bisa berbuat banyak. Sembari menunggu bantuan datang, sebagian warga terlihat mulai membersihkan tumpukan lumpur yang mengotori rumahnya. "Saya minta pemkab secepatnya menyalurkan bantuan. Warga sudah kelaparan," teriak Ramla, warga Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, kemarin.

Di antara 12 warga yang tewas itu, rinciannya 6 orang dari wilayah Mlandingan (empat hilang, dua sudah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa). Kecamatan Panarukan lima orang, dua sudah ditemukan jadi mayat. Di antara korban itu adalah pasangan suami istri asal Desa Paowan, Kecamatan Panarukan. Pasutri itu Imam, 65 dan Marwiyah, 55. Sang istri ditemukan tewas di teras rumahnya, sementara sang suami masih dinyatakan hilang.

Nasib tragis pasutri tua itu terjadi sekitar pukul 22.00 kemarin. Saat air sungai mulai meluap, keduanya bergegas hendak mengungsi. Namun, baru melangkah di teras rumah, air bah tiba-tiba datang menghantam. Seketika itu, Marwiyah terjatuh dan terseret arus banjir. Melihat istrinya dalam bahaya, Imam langsung menjulurkan tangannya untuk menolong sang istri. Sayang, begitu tangan keduanya saling berpegangan, arus air yang lebih besar datang.

Seketika itu kedua langsung tenggelam dan hilang. Mayat Marwiyah ditemukan pagi, setelah genangan air menyusut. "Tadi mayat istrinya sudah dimakamkan. Kalau suaminya sampai sekarang belum ketemu," ujar Anang, warga setempat.

Tingginya debit air Sungai Sampean juga membuat beberapa desa di Kecamatan Kapongan dan Kecamatan Arjasa, ikut terbenam. Aliran Sungai Sampean yang melintas di dua kecamatan itu ikut meluap. Di Kecamatan Kapongan, luapan air merendam sekitar 40 rumah warga di Desa Sletreng dan Desa Wonokoyo. Sementara di Kecamatan Arjasa, banjir menggenangi puluhan rumah warga di Desa Jatisari. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian dipastikan cukup besar.

Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Situbondo, juga merasakan dahsyatnya banjir. Di tempat ini air bah disebabkan luapan air Pelalangan di Dusun Baretan, desa setempat. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, ratusan rumah penduduk tenggelam. Ketinggian air mencapai 4 meteran. Sepuluh rumah dikabarkan hanyut. Luapan sungai di Desa Selowogo ini juga menutup ruas jalan raya di Desa Mlandingan Wetan, Kecamatan Bungatan.

Di tempat itu satu bus penuh penumpang sempat terjebak banjir. Karena ketakutan, para penumpang berusaha keluar dari bus. Tapi, karena kuatnya arus air, tujuh penumpang terhanyut. Mereka sempat dikabarkan hilang, sebelum akhirnya ditemukan tersangkut pepohonan, malam kemarin. Satu penumpang meninggal dan enam lainnya dievakuasi ke Puskesmas Besuki karena terluka. "Tadi saya juga sudah terima laporan ini. Enam selamat, sedangkan yang satu orang katanya meninggal," papar Kasatlantas Polres Situbondo AKP Ronny Edi Yusuf kepada RaBa kemarin.

Musibah banjir disertai tanah longsor juga terjadi di Desa Campoan, Kecamatan Mlandingan, Situbondo, sekitar pukul 19.00. Longsoran tanah bercampur air jatuh dari pegunungan sekitar, setelah hujan lebat. Celakanya, longsoran itu mengarah ke permukiman warga. Satu orang bernama Suama alias Pak Nasipa, 57, meninggal dunia setelah rumahnya terhantam longsor. Selain menelan korban jiwa, musibah longsor itu merusak 22 rumah warga. (gaz/pri/aif/tof)



2 komentar:

miskiyanto mengatakan...

qw uga turut berduka cita atas korban yang meninggal dunia !!!!!!!!!

Unknown mengatakan...

Turut berbelasungkawa atas bencana di Situbondo...moga Amal ibadah korban yang meninggal diterima di sisi Allah dan yang selamat segera memperoleh penangan yang semestinya dari Pemerintah

Posting Komentar