==== Life is Better when Share====

Selasa, 31 Juli 2007

Quitter, Camper, Climber ( apa tuh .....)

Cerdas Menghadapi Tantangan

Kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi kualitas intelegensinya (IQ) tapi dipengaruhi pula oleh kecerdasannya dalam mengatasi setiap tantangan. Suatu hari Rasulullah SAW berkumpul dengan para sahabat. Saat itu beliau bercerita tentang tiga orang yang hendak pergi ke masjid. Ketiganya datang agak terlambat dan harus merima kenyataan bahwa masjid telah penuh. Bagaimana reaksi ketiga orang tersebut? Orang yang pertama tanpa banyak basa-basi segera pulang, karena menganggap dirinya tidak kebagian tempat. Orang yang kedua segera masuk dan mendapatkan tempat duduk di barisan paling belakang. Sedang yang ketiga memaksakan diri untuk masuk dan terus maju, hingga ia berhasil mendapatkan tempat paling depan.

Lalu Rasul bersabda, "Yang pertama itu adalah orang yang putus asa, hingga ia tidak mendapatkan apa-apa. Yang kedua adalah tipe orang yang malu-malu, hingga ia hanya mendapat sedikit. Dan yang ketiga adalah tipe orang yang penuh harapan, bersemangat, pantang menyerah, hingga ia mendapat apa yang ia inginkan."

Kisah yang diungkapkan oleh Rasulullah SAW ini terlihat biasa-biasa saja. Terlihat biasa karena kita sering melihat atau bahkan mengalaminya dalam keseharian. Padahal kisah ini mengandung makna yang dalam. Setidaknya ada dua hal penting yang ingin disampaikan Rasulullah SAW pada kita dari kisah di atas. Pertama adalah tantangan; dan kedua, sikap orang terhadap tantangan tersebut. Mari kita lihat. Penuhnya masjid adalah tantangan (masalah) bagi orang yang terlambat datang. Sikap terhadap tantangan ini bermacam-macam, ada yang menyerah; ada yang masuk untuk sekadar mendapatkan tempat duduk; dan ada pula yang masuk dan ngotot untuk mendapatkan shaf pertama. Orang ketiga ini boleh jadi seseorang yang sadar akan keutamaan shaf pertama. Dia layak disebut orang sukses; orang bersemangat, dan tidak gampang berputus asa saat dihadapkan pada kesulitan.

Tiga macam pendaki
Apa yang diungkapkan Rasulullah SAW ini ternyata mendapatkan pembenaran ilmiah. Adalah Paul G Stoltz, PhD yang "menemukan" teori ini. Dalam bukunya yang berjudul Adversity Quotient (AQ) (Grasindo, Jakarta: 2000), Paul Stoltz mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi kualitas intelegensinya (IQ) atau kualitas emosinya (EQ), tapi dipengaruhi pula oleh kecerdasan atau kemampuannya dalam mengatasi setiap tantangan.

Bila Rasul menganalogikan dengan orang masuk masjid, maka Stoltz menganalogikannya dengan perjalanan mendaki gunung. Menurutnya ada tiga tipe pendaki. Pertama adalah quitters yaitu mereka berhenti di tengah jalan dalam proses pendakian. Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan. Yang kedua adalah campers (pekemah) yaitu mereka yang tidak mencapai puncak, tetapi sudah puas dengan apa yang telah dicapai. "Ngapain capek-capek" atau "segini juga udah cukup" adalah moto para campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.

Ketiga adalah climbers (pendaki sejati), yaitu mereka yang selalu optimistik, selalu melihat harapan, dan selalu menetapkan sasaran-sasaran baru dalam kehidupan. Mereka mampu menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak kemudahan. "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan," demikian firman Allah dalam QS Alam Nasyrah (94) ayat 5-6.

Para climbers selalu berasumsi bahwa "sesuatu itu mungkin". Sehingga mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan walau sekecil apapun untuk maju. Semakin tinggi ia naik, maka semakin luas dan indah pula ia melihat pemandangan. Menurut Stoltz, semakin besar nilai AQ (adversity quotient) seseorang akan semakin cepat ia "pulih" dari keterpurukan, mampu mengatasi "kemalangan" yang dihadapinya, hingga akhirnya bisa fight lagi dalam menggapai cita-cita. Tangguh dan tabah adalah karakter sekaligus sikap dasar tipe climbers.

Ada banyak contoh orang dengan kualifikasi ini. Yang sangat legendaris adalah kisah Siti Hajar tatkala ia berlari-lari antara Shafa dan Marwah untuk mencari air. Ari Ginanjar Agustian dalam bukunya ESQ Power (Arga Jakarta: 2003) mengungkapkan bahwa Siti Hajar adalah seorang climber sejati, yang tentunya memiliki adversity quotient (AQ) yang sangat tinggi.

Sebagai sebuah pelajaran, Allah SWT mengabadikan perjuangan dan ketabahannya dalam Alquran, "Sesungguhnya antara Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Barangsiapa mengerjakan suatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah [2]: 158). Sa'i, berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah, adalah syiar yang melambang ketabahan, perjuangan, dan kekuatan mental.

Karakter kekasih Allah
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal Inggris-terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan, atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya.

Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan. Karena itu, Islam memerintahkan kita untuk menjadi orang ber-AQ tinggi; menjadi para pemburu shaf pertama dalam shalat; dan menjadi para climber yang tak gampang putus asa. "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir," demikian Allah SWT berfirman (QS Yusuf [12]: 87).

Lebih jauh lagi, Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa sikap optimis dan pantang menyerah termasuk salah satu ciri kekasih Allah. Ia mengatakan, "Para kekasih Allah itu jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah khawatir". Wallahu a'lam bish-shawab. (Ems)


Riwayat Hidup


RIWAYAT HIDUP NUR SAMSUDIN

Doelo,,,Kini,,,Dan Yang Akan Datang “

1. Masa Kecil => Sebuah Historis

Hari itu kalau ndak salah kata ibuku hari sabtu, tanggal 24 Desember 1988 seorang bayi mungil lahir dari keluarga yang serba pas – pasan. Lahir dari keluarga yang berkultur orang ndesa dengan pekerjaan Tani dan penghasilan yang pas – pasan untuk makan sehari – hari. Ibuku bernama Katmini dan Bapakku Suparlan. Dilihat dari namanya saja sudah kelihatan kalau mereka adalah orang Desa. Yang katane tukul Katrok – katrok..tapi semoga ndak kayak githu. Akhirnya setelah umur 7 hari bayi tadi diberi nama Mahfud wahyudi ( nama kecil Nur Samsudin).

Oya belum takceritakan aku lahir dimana???.aku dilahirkan sebuah Dusun yang jauh dari keramaian dan kebisingan kota tapi penuh dengan keakraban. Ploso...ya itulah dusun dimana aku dilahirkan. Desanya Ngadirojo , Kecamatan Sooko, kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa Timur dan masih dalam wilayah NKRI.

Semasa kecil tidak yang istimewa bagiku. ya..seperti layaknya anak kecil semua. Suka bermain, suka bertengkar, suka nagis, poko'e banyak deh. Yang ndak enak bagiku semasa kecil cuma aku thu punya sakit Nafas. Tapi sekarang ndak ndak..dah sehat walafiat. ya..cuma penyakit keturunan aja. Tapi cukup sampai disini saja sakitnya.

Ada yang kurang.aku adalah anak kedua dari 4 bersaudara. Kakakku dah mau nikah tahun ini, sedangkan adikku nomer satu dah SMA dan adikku nomor 2 masih kecil. Kalu ndak salah umurya masih 4 tahunan. Dan kesemuanya adalah laki-laki .


2. Riwayat pendidikan Nur Samsudin => Sebuah Historis


Sekarang saatnya crita semasa sekolah. Semasa kecil aku ndak pernah menikmati rasanya duduk di bangku TK, bukannya di Desaku ndak ada Tknya tapi cuma jauh aja. Jadi belajar dirumah aja ma ortu n Kakakku. Cuma semasa kecil aku dah bisa baca dulu sebelum aku masuk sekolah SD. Cuma belajar ngaji di TPA yang ada di masjidku. Jadi aku ndak pernah merasakan enaknya bermain di Taman Kanak – kanak.Setelah aku berumur 5 setengah tahun aku didaftarkan di SDN 3 Ngadirojo. Alhamdulilah setelah 6 tahun aku lulus dari sekolah ini dengan prestasi yang tidak mengecewakan. Ketika di SD pasti aku dapat juara kelas. Pasti aku masuk 5 besar.

Setelah lulus SD aku melanjutkan ke SMP. Aku meneruskan smp di desaku sendiri yang kebetulan sudah dibangun dan siap untuk dipakai. ya..SMPN 3 Sooko ( Sekarang SMPN 2 Sooko). Tidak ada yang istimewa dari sekolah ini tapi aku adalah murid pertama yang masuk di sekolah ini karena sekolah ini termasuk baru dan baru dibuka tahun itu. Aku mulai belajar dengan sungguh-sunguh ketika SMP. Dengan adanya fasilitas Perpustakaan kupergunakan dengan sungguh – sungguh. ya...kebetulan hobyku adalah membaca jadi kulahap semua buku yang ada diperpustakaan. Minimal dalam satu hari aku dapat menyeleseikan satu buku bacaan. Entah aku pahami atau ndak isinya. Kadang – kadang aku bisa menyeleseikan lebih dari satu buku bacaan. Tanpa terasa 3 tahun kulalui di sekolah tercinta ini. Banyak kenangan manis yang kutinggalkan dan kuukir bersama teman – teman semasa SMP dulu. Soal prestasi semasa SMP jangan dipertanyakan lagi???ku selalu masuk 3 besar dan tidak jarang aku peringkat 1 selama duduk di SMP. Akhirnya 2004 kemaren aku resmi lulus n keluar dari sekolah tercinta ini. Bye..bye...jaya selalu tuk mencetak kader – kader bangsa.

Ketika lulusan udah usai biasanya anak2 terutama dari golongan kelas atas selalu disibukkan untuk melanjutkan sekolah dimana dan menyiapkan banyak uang agar si anak dapat masuk di sekolah yang faforit. Tapi tidak begitu dengan AKU. Seorang Nur Samsudin malah bingung aku harus meneruskan lagi atau ndak ya....aku sempat berfikir ulang untuk melanjutkan sekolah ke tingkatan yang lebih tinggi ketika melihat kondisi ekonomi keluarga yang pas pasan . Yang pastinya mereka tidak sanggup untuk membiayai aku ke jenjang SMA. Aku jadi terinspirasi dengan bukunya Eko prasetyo ( Orang Miskin Dilarang Sekolah ) memang tidak ada pendidikan yang gratis sekarang ini dan malah orang miskin termarjinalkan oleh system dan tidak diberi ruang gerak untuk mengakses pendidikan ynag layak. Tapi melihat kondisi orang tua yang seperti itu aku tidak putus asa paleng tidak aku masih punya sebuah harapan panjang agar aku pisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi dan bisa jadi anak yang dibanggakan oleh ortuku.

Siapa orang yang mau berusaha pastilah Allah akan memberikan jalan untuknya. Setelah cari link dimana mana akhinya aku punya peluang untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. ya..akhirnya aku bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMA.

MA Muhammadiyah 1 Ponorogo..itulah tempat aku melanjutkan belajar lagi. Selama sekolah aku tinggal di Panti Asuhan Muhammadiyah Ponorogo. Alhamdulilah aku bisa sekolah dengan tidak mengeluarkan dana karena yang membayar sekolah adalah dari Panti Asuhan . Awalnya aku memang merasa minder ketika aku harus tinggal di Panti Asuhan. Dan sekolah di Ma Muhammadiyah yang muridnya sedikit Tapi biarlah.yang penting aku bisa belajar lagi.

Berawal dari sinilah aku bisa lebih mandiri dan lebih dewasa karena segala urusan aku kerjakan sendiri. Yang dulu segalanya masih orang tua sekarang aku sendiri dari mencuci bahkan masak. Jadi aku bisa masak lho...

Banyak hal yang menarik ketika aku sekolah di SMA. ya..seperi anak lainnya maseh suka jahil, suka mbolos sekolah. Tapi beda lho mbolosq ma anak2 yang lain. Kalau mereka mbolos mungkin pulang atau ke warung tapi kalau aku ndak. Kalo aku mbolos sekolah kalau ndak ada kegiatan ya ke Perpusda jadi mbolos yang bermanfaat.he2....

Yang paling berkesan bagiku ketika aku sekolah adalah aku lebih tahu akan organisasi. Mulai kelas satu aku sudah mulai masuk dalam jajaran pengurus Ikatan Remaja Muhammadiyah ( kalo sekolah umum OSIS ) di sekolahku. Dan aku juga masuk jajaran pengurus Pimpinan Cabang IRM Ponorogo Kota. Dan juga banyak pelatihan yang aku ikuti ketika aku ikut IRM.

Ketika aku kelas 2 SMA kesibukanku di organisasi semakin bertambah. Selain aku sebagai ketua di IRM ( OSIS ) di sekolahanku aku juga sebagai pengurus di Pimpinan Cabang IRM Kota dan Pimpinan Daerah IRM Kabupaten Ponorogo. Selain itu aku juga aktif dalam kepengurusan Forum Komunikasi Pelajar Muslim Ponorogo yang anggotanya adalah seluruh anak2 SMA se-Ponorogo. Di kelas dua ini juga aku pernah merasakan ikut perhelatan akbar Musywil IRM Jawa Timur di Madiun. Di sinilah aku mulai kenal anak anak IRM se-Jawa Timur.

Waktu terus berjalan tak terasa aku sudah kelas 3. sudah saatnya aku memikirkan belajar yang sungguh2 karena sebentar lagi ujian. Dan syarat kelulusannya sangat berat. Maka aku kurangi kegiatanku di organisasi. Tetapi yang namanya sudah penggerak organisasi aku malah disibukkan oleh banyak kegiatan. Baik di IRM maupun di OKP lainnya. Malah-malah aku ingat waktu itu ada mid semester di sekolahku. Malah tak tinggal kegiatan IRM kalo tidak salah kemaren di Sidoarjo ada Pelatihan Administrasi n Bedah Anggaran DPRD.

Diwaktu kelas 3 ini juga aku terpilih menjadi ketua umum Pimpinan Cabang IRM Ponorogo Kota. Tambah ribet lagi...................tetapi setiap da kegiatan aku tetep belajar agar aku tidak ketinggalan pelajaran ma teman yang lain.

Akhirnya ujian kelas 3 datang. Kupersiapkan dengan sungguh – sungguh segala sesuatunya agar aku nanti lulus dengan nilai yang memuaskan. Karena tiga tahun akan ditentukan hanya 3 hari ini. Sebenarnya dalam hati kecil saya ndak setuju akan adanya UAN sebagai Syarat kelulusan siswa. Malah – malah bersifat sentralisasi sehingga yang menentukan kelulusan adalah dari pusat. Nah disinilah menurut saya letak ketidakadilannya. Menurut hemat saya biarlah yang menentukan kelulusan sekolah yang berkaitan. Karena yang mengetahui sedikit banyak tentang siswa hanyalah guru dan pihak sekolah lainnya. Sedikit evaluasi saja dengan adanya UAN tahun kemaren. Menurut saya uan hanyalah sebagai tradisi saja dan tidak ada nilai subtansial yang berarti karena ketika uan banyak sekali kecurangan disana sini. Yang ada cuma bagaimana anak didik bisa lulus entah bagaimana caranya. Sehingga bermacam cara dilakukan entah itu bermain HP, sogok meyogok, dll. Sungguh menyedihkan melihat kondisi pendidikan indonesia sekarang ini yang jauh dari kata MAJU. Sebuah harapan saja jangan sampai hanya UAN yang menentukan kelulusan siswa tetapi saya setuju kalau UAN sebagai mengukur standar pendidikan Nasional.

Ya...akhirnya aku lulus juga setelah berjuang selama tiga hari dengan melihat ketidak adilan disana sini. Nila 25,00 bagi saya sudah lumayan tinggi. Karena masih banyak teman – temanku yang berada dibawah saya.

Itulah sedikit gambaran dari serangkaian kehidupan saya ketika masih bisa mengenyam dunia pendidikan. Semoga apa yang aku dapatkan bisa bermanfaat bagi diriku, orang lain, agama dan bangsa ini.

Masih banyak yang belum sempat aku tulis dari serangkaian riwayat pendidikan saya.



3. Pengalaman Organisasi

Mulai sewaktu aku sekolah dulu aku sudah aktif di setiap organisasi yang ada di sekolah. Sewaktu SMP aku aktif di OSIS dan Pramuka. Tetapi sewaktu SMP dulu organisasi ini kurang bisa berjalan secara maximal. Entah apa penyebabnya.

Ketika aku mulai beranjak ke SMA aku mulai belajar banyak dari organisasi. Banyak sekali organisasi yang aku ikuti sewaktu SMA baik yang intern maupun ekstren yang kesemuanya sangat membeikan manfaat dan banyak pengaruh pada diriku.

Organisasi intern di sekolah yang pernah aku ikuti dan bisa memberikan ruang gerak tersendiri bagi aku adalah Ikatan Remaja Muhammadiyah dan Hizbul Wathan ( Pramuka ). ketika sekolah dulu aku pasti mengambil posisi penting di kedua organisasi ini. Ketika aku di kelas 1 aku udah menjadi salah satu ketua bidang dan sewaktu di kelas dua aku juga menjadi ketua umum.

Selaen di sekolah aku juga aktif di PC IRM Ponorogo Kota dan Juga PD IRM Ponorogo. Sempat juga di DPD HW Ponorogo. Di PC IRM sempat jadi Ketua Bidang SDI dan akhirnya juga jadi Ketua Umum Periode 2006 – 2008. di PD IRM Pernah Di bidang Study Dakwah Islam ( Sekretaris ), bendara Umum dan Ketua Bidang Kader 2006 – 2008.

Selama Sekolah juga aktif di Forum Komunikasi Pelajar Muslim Ponorogo. Dan selain IRM juga pernah ikutan di Komunitas Remaja Ponorogo Peduli Pendidikan .


4. Pelatihan Yang Pernah Diikuti

  1. TM 1 PC IRM Ponorogo Kota

  2. TM 2 PD IRM Kab. Jombang ( di Jombang 2006 )

  3. Pelatihan Da'i Transformatif PW IRM Jatim ( Surabaya 2004 )

  4. Pelatihan Kepemimpinan ( FKPMP 2005 )

  5. Pelatihan Administrasi PW IRM Jatim ( Sidoarjo 2005 )

  6. Pelatihan Fasilitator PW IRM jatim ( Ponorogo 2004 )

  7. Workshop SDI PW IRM jatim ( Gresik 2006 )

  8. Peserta Musywil PW IRM Jatim ke 14 ( Madiun 2004 )

  9. Peserta Musywil PW IRM Jatim ke 15 ( Jember 2007 )

  10. Peserta Lokakarya Materi Muktamar IRM Ke 15 ( Madura 2007 )

  11. Peserta Muktamar IRM ke 15 ( Medan, Sumatra Utara 2007 )

  12. Peserta Kemah Akbar Pandu Penghela Se-Jatim ( Lamongan 2005 )

  13. Panitia Jambore Nasional HW ( Malang 2006 )

  14. Pelatihan KDRT dan HAM ( Bakesbang Kab. Ponorogo 2007 )

  15. Peserta Konpida PW IRM Jatim ( Malang 2006 )

  16. Dan seminar – seminar baik di Ponorogo maupun luar Ponorogo


5. Visi dan Tujuan Hidup

1. Agama menjadi landasan utama dalam hidupku

Setiap aku bergerak dan setiap perbuatanku pasti agama menjadi landasan pertama. Jadi setiap aku melakukan perbuatan aku berfikir dahulu apakah perbuatan ini melanggar syariat atau tidak.

2. Kejujuran dan senyummmmmmmmmmmm

Di setiap aku melangkah selalu kucoba untukselalu berbuat jujur. Karena jujur itu mahal harganya. Dan sulit memang menjadi orang yang jujur tapi ku selalu mencoba untuk selalu jujur dalam segala hal. Sebuah kepercayaan dari orang lain memang mahal harganya sebuah kejujuran adalah salah satu kunci untuk mendapat kepercayaan dari oran lain.



3. Landasan Cinta dan Kasih Sayang

Cinta dalam arti luas................sebisa mungkin kumencoba untuk selalu menyayangi setiap hamba Allah yang ada di muka bumi ini tanpa kuliat ia dari golongan mana. Atas, menengah ataupun bawah,,,kaya atau miskin sama saja. Tidak melihat pangkat maupun derajat seseorang yang penting kita saling menyayangi diantara kita semua...sumber dari segala permusuhan adalah dikala rasa cinta dan sayang sudah hilang dari diri kita.

4. Bekerja Keras

Bekerjalah dengan sungguh – sungguh niscaya dunia dan isinya akan kau raih . Aku jadi terinspirasi akan kata – kata ini. Jadi di setiap hari – hariku kucoba untuk selalu bekerja keras untuk diriku sendiri maupun orang lain.

5. Disiplin

Salah satu faktor yang menentukan kesuksesan seseorang adalah disiplin yang tinggi. Aku merasakan bahwa menjadi pribadi yang disiplin dalam segala hal memang sangat sulit sekali . Dalam hal kecil saja..sholat 5 waktu yang belum tepat waktu adalah salah satu ketidak disiplinan seseorang khususnya seorang muslim. Masuk sekolah yang masih sering telat,,rapat yang masih molor,,kegiatan yang waktunya molor terus dan kegiatan lainnya khususnya kegiatan pribadi. Tapi dalam hati kecilku akan selalu mencoba untuk menjadi pribadi yang berdisiplin tinggi.

6. Hemat

Hemat dalam segala hal..uang, waktu, tenaga..dll.

7. Kolektif Kolegial

Sebagai makhluk sosial tak mungkin aku hidup seorang diri pasti aku membutuh oarng lain disisiku. Sebuah pekerjaan akan cepat selesei bila dikerjakan bersama – sama atau team.


Tujuan Hidup :

  1. Selalu beribadah kepada Allah perwujudan sebagai Hamba-Nya

  2. Selalu belajar sebagai insan berfikir ( long life education )

  3. Aku ingin membahagiakan orang – orang yang telah membahagiakan aku

  4. Aku ingin berguna bagi diriku sendiri, orang tua, orang lain, agama dan Negaraku tercinta agar hidupku ini tidak sia – sia

  5. Sukses dunia dan akherat


Itulah sebuah visi maupun tujuan hidupku. Bukan sebuah kebohongan tapi sebuah harapan panjang kedepan untuk selalu menjadi diri yang lebih baik. Dikala lilin Damai mati, dikala lilin Iman Mati, dikala lilin Cinta mati,, semuanya akan hidup kembali dengan adanya lilin HARAPAN. Paling tidak aku masih punya harapan untuk selalu mempersembahkan yang terbaik untuk diriku dan orang lain.


6. Thanks For

  1. Allah SWT yang selalu menunjuk jalan kebaikan kepadaku

  2. Orang tuaku yang telah membuat aku jadi ada dan yang telah mendidik dari kecil sebagai sekolah pertama bagiku

  3. Guruku semua dari TPA, SD, SMP maupun SMA yang telah membuat aku jadi MELEK akan segala hal. Jasamu takkan aku lupakan walaupun sosokmu kadang terlupakan. Moga selalu istiqomah tk menjadi panutan anak -anakmu.

  4. Panti Asuhan Muhammadiyah Ponorogo

Matur suwun katah – katah atas segala hal selama aku tinggal di sini. Mulai dari Ilmu, finansial, teman,suasana kebersamaan yang tak pernah kulupakan . Insya allah kalo ada rezeki banyak aku akan sealalu menyisihkan untuk kamu.

5. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ponorogo

Yang telah memfasilitasi banyak hal kepada saya..tempat mampir , tempat berkumpul ma teman2 semua, majlis ilmu. Thanks...

6. Teman – Teman IRM semua

Mulai dari PR IRM MA Muhipo, PC IRM Ponorogo Kota, PD IRM Ponorogo dan anak2 IRM se-Jatim yang pernah kenal ma aq..sukses aja.

5. Teman2ku semua

tuk teman2 yang pernah kenal n pernah ngumpul bareng thanks atas semuanya maafkan atas segala kekuranganku.


Sekian daftar riwayat saya semoga bisa digunakan sebagaimana mestinya.

gerakan kritis



Semua Ada Awalnya


obalah jangan menjadi orang sukses,

Melainkan berusahalah

untuk menjadi orang yang berharga

(Einstein)

Di depan sebuah masjid…

Lelaki berjenggot itu nampak serius bekerja. Mengipas-ngipas bara arang dengan beberapa biji jagung muda diatasnya. Dibolak-balik agar merata sambil ditaburi bumbu sesuai pesanan pembeli. Bisa pedas, gurih atau asin. Silakan tinggal memilih saja. Aroma bumbu taburnya bisa kita hirup lezatnya dari dekat.

Saya kurang tahu tempat tinggal penjual jagung bakar itu di mana. Belum sempat menyapa dan bercerita banyak dengannya. Kapan-kapan kalau diberi kesempatan akan saya ceritakan. Yang saya tahu, sekira sudah sebulan dia berjualan di situ.

Apa yang menarik dari pemandangan itu.

Mungkin biasa saja. Tapi mari kita selami lebih dalam lagi tentang fenomena itu. Barangkali, ada keping-keping hikmah yang tersisa. Keping-keping yang bisa kita petik sebagai renungan tentang kehidupan yang kita jalani selama ini.

Di setiap tempat, apa yang kita lihat, semuanya ternyata bisa menjadi bahan renungan kita. Asalkan kita bisa memandangnya dengan cara yang berbeda. Menelisik lebih dalam atas apa yang kita kita lihat itu. Memang melihatnya tak sekedar dengan dua mata kita, tetapi perlu dengan mata jiwa, mata hati. Dengan begitu, kitapun akan bisa meresapi sampai ke hati pula.

Hari ini, kita belajar tentang proses.

Ijinkan saya bertanya. Adakah yang bisa menjamin bahwa orang itu memang punya cita-cita sebagai seorang penjual jagung bakar? Saya sendiri tak yakin. Saya cenderung memandang apa yang dilakukannya sebagai bagian dari proses. Mungkin dia punya cita-cita lebih dalam berbisnis. Hanya saja, sebagai langkah awal, atau bisa juga keterpaksaan karena hanya peluang itu yang ada, maka pekerjaan itu dilakukannya. Bisa jadi begitu.

Nah, anggap saja apa yang dilakukannya kini kita alami. Kita, mungkin saat ini bekerja belum sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tentu, langkah terindah yang bisa dilakukan adalah mencintai pekerjaan kita. Anggap ini sebagai langkah awal kita untuk meniti karier yang lebih baik dikemudian hari. Sebuah bagian dari proses pencapaian cita-cita dan impian kita.

Sudah teramat banyak cerita orang-orang yang meniti karier dari awal. Seperti orang yang awalnya penjual koran eceran kemudian menjadi “raja media’. Ya, semua itu ada awalnya. Kata pepatah cinta, ribuan mil dimulai dari satu langkah. Pertanyaannya sekarang, apakah langkah kaki kita telah terayunkan. Ataukah kita masih saja terbayang-bayang akan nikmatnya impian. Hari ini, kita coba untuk beranjak berjalan. Selangkah demi selangkah.

Bagi yang sudah beranjak jauh, perlu sejenak menengok dan berevaluasi. Saya agak sepakat dengan kata Einstein yang saya kutip di atas. Tepatnya, jangan melulu untuk berambisi menjadi orang sukses. Tapi berusaha untuk menjadi manusia yang berharga, manusia yang mempunyai kemanfaatan tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi bagi orang lain.

Bagi seorang muslim, tentu paham di mana keberadaan manusia dimuka bumi ini memang ditentukan sejauhmana dia bermanfaat bagi orang lain. Kalau hanya mengejar sukses pribadi, tentu kurang afdhol.

Khusus bagi yang sedang melangkahkan sejengkal demi sejengkal kaki meraih capaian puncak, ada baiknya kita ingat pesan Rasulullah Muhammad SAW “Berharaplah dengan kebaikan, pasti kalian akan mendapatkannya”.

Ya, ini awalan bagi kita untuk menggapai puncak yang baik, halal, diridhoi Allah SWT, dan tentunya setelahnya tak hanya kita yang menikmatinya. Tetapi juga bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Semoga, kita bisa melakukannya. (yr)