Sejarah Baru, Sriwijaya FC Kawinkan Gelar
BANDUNG - Sejarah baru ditorehkan Sriwijaya FC Palembang di pentas sepak bola Indonesia. Tim berjuluk Laskar Wong Kito itu mencatatkan diri sebagai tim pertama yang berhasil menyandingkan gelar juara Copa Indonesia dan Liga Indonesia (Ligina).
Sejarah itu dibukukan Sriwijaya FC setelah mengalahkan PSMS Medan 3-1 (1-0) di final Ligina XIII di Stadion Jalak Harupat, Soreang, Bandung, tadi malam. Sebelumnya Sriwijaya FC sukses merebut gelar Copa Indonesia III. Gelar itu digapai usai mengalahkan Persipura Jayapura di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 13 Januari lalu melalui adu penalti.
"Gelar yang sangat membanggakan. Kami semua pasti akan mengenang semua ini. Apa yang kami raih ini merupakan buah kerja sama semua komponen di Sriwijaya FC, termasuk suporter," kata Charis Yulianto, bek Sriwijaya FC, dengan nada penuh haru.
Kemenangan Sriwijaya FC tadi malam tidak diraih dengan mudah. Mereka harus menggapainya lewat perjuangan superberat. Sebab, Carlos Renato dkk harus menyelesaikan pertandingan hingga 120 menit.
Pertarungan melelahkan hingga perpanjangan waktu itu karena pada masa normal Sriwijaya FC hanya mampu bermain imbang 1-1. Sebenarnya mereka mampu leading saat pertandingan baru berjalan 15 menit berkat gol Anoure Obiora.
Laskar Wong Kito unggul jumlah pemain sejak menit ke-44, menyusul dikartumerahnya Murphy Kumonple. Kartu merah yang didapat benteng PSMS itu seiring dua kartu kuning yang dikantonginya. Meski jumlah pemain kurang satu, ternyata Ayam Kinantan -julukan PSMS- mampu merobek jala Sriwijaya FC lewat James Koko Lomel pada menit ke-69.
Kemenangan Sriwijaya FC baru ditentukan di masa perpanjangan waktu. Keith Kayamba Gumbs menceploskan bola pada menit 107, serta gol Zah Rahan ketika pertandingan tersisa enam menit. Gol Zah Rahan sendiri tercipta karena blunder kiper PSMS Markus Horison yang maju ke gawang Sriwijaya FC.
"Tak ada yang salah dengan tim kami. Pemain sudah bekerja luar biasa, meski hanya dengan sepuluh pemain. Sriwijaya FC memang tampil sangat bagus malam ini (tadi malam, Red). Mereka layak mendapatkan gelar ini," tutur Freddy Muli, pelatih PSMS.
"Kami hanya sedikit beruntung dibanding PSMS. Mereka juga telah menunjukkan permainan yang sangat luar biasa," timpal pelatih Sriwijaya FC Rahmad Darmawan.
Dengan gelar ganda yang telah dipersembahkan pemain, manajemen Sriwijaya FC tak mau berlama-lama mengambil sikap. Mereka mengakui bakal mempertahankan komposisi tim saat ini.
"Pemain telah memberi bukti. Tentu kami akan memberikan apresiasi. Kami akan mempertahankan semua pemain, kecuali sang pemain itu ingin melanjutkan karir di tim lain," ujar Baryadi, manajer Sriwijaya FC.
Selain itu, guyuran bonus dikucurkan kepada anak-anak Sriwijaya FC. Dengan begitu, pundi-pundi uang pemain Sriwijaya FC semakin menebal. Sebab, sebelumnya mereka telah digerojok bonus saat sukses menahbiskan diri sebagai juara Copa Indonesia III. "Bonus sudah pasti ada. Tapi, jumlahnya kami tidak bisa menyebutkannya," tutur Baryadi.
Dari kubu PSMS, sosok yang bisa ditunjuk sebagai biang kegagalan adalah Markus Horison, kiper PSMS. Sebab, kiper Timnas itu mengambil keputusan sangat berani ke daerah pertahanan Sriwijaya ketika mendapat tendangan sudut. Dengan perhitungan yang matang, lini belakang Sriwijaya berhasil membuang bola ke arah Zah Rahan dan diteruskan ke gawang PSMS yang sudah kosong.
Padahal, dengan limit waktu itu, tim Ayam Kinantan sebenarnya memiliki peluang untuk membalas kegagalan. Namun, karena merasa waktunya sudah terbatas, dia memilih berspekulasi. "Saya pikir perjuangan PSMS sudah maksimal. Dengan rentetan masalah yang ada, bisa tampil di babak final dan mampu menjadi runner up adalah hasil yang luar biasa," katanya.
"Tidak hanya itu, kami juga tampil dengan sepuluh pemain sejak menit ke-44. Bisa menyamakan hasil adalah perjuangan yang sangat berat," sambung Markus.
Disinggung soal gol kedua dan ketiga yang bersarang ke gawangnya, Markus mengaku itu terjadi karena hal biasa. Dia mengatakan bahwa tendangan sudut susah diantisipasi. "Gol pertama saya pikir terjadi karena memang kesulitan mengantisipasi," tuturnya. Soal gol ketiga, pria kelahiran 14 Maret 1981 itu menganggap dia harus mengambil tindakan itu karena sudah tertinggal. Dia juga tidak merasa ragu-ragu ketika memutuskan untuk naik ke pertahanan Sriwijaya.
"Kekalahan dengan skor 1-0 atau lebih kan sama saja hasil akhirnya. Karena itu, saya berusaha membantu mengejar ketinggalan. Tetapi, hasilnya tidak sesuai dengan harapan," ucapnya. Freddy Muli, pelatih PSMS, tidak ingin mencari kambing hitam. Dia menganggap semua sudah maksimal.(fim/pen)
Sumber : Jawa Pos
Senin, 11 Februari 2008
Jawara Liga Indonesia
08.32
Saia NoerSam
0 komentar:
Posting Komentar